Selasa, 10 Oktober 2017

Pewarna

Hasil gambar untuk pewarna

Pewarna atau pewarna makanan adalah salah satu komponen tambahan yang biasa digunakan dalam pembuatan makanan dan minuman. Bahan yang satu ini memang agak sulit dilepaskan dari pembuatan makanan apapun. Pewarna ini dibutuhkan untuk memberikan daya tarik tersendiri bagi orang yang ingin mengkonsumsinya. Semakin cantik suatu warna dari makanan, daya pikatnya semakin besar. 

Dari segi bentuknya, pewarna bisa berbentuk cair, pasta, maupun bubuk. Dari bahan pembuatannya, pewarna makanan dibagi menjadi dua, yakni pewarna alami dan pewarna buatan.
Pewarna alami, berarti pewarna makanan yang dibuat dari bahan-bahan alami tanpa bahan tambahan apapun. Misalnya, daun suji, daun pandan, jeruk, buah bit, tomat, stroberi, wortel, dan lain sebagainya. 
Sedangkan pewarna buatan berarti dibuat dari bahan-bahan kimia (ada juga yang disarikan dari bahan-bahan alami kemudian dicampur). Salah satu bahan pembuat warna makanan adalah tatrazin yang punya banyak pilihan warna. Pewarna buatan juga biasanya dipilih karena praktis. 

Fungsi

Sebagaimana telah disebutkan di atas, pewarna makanan adalah zat aditif atau zat tambahan yang berfungsi untuk memberikan pewarnaan pada makanan dan minuman. Diharapkan, bahan pewarna ini dapat memberikan daya tarik bagi konsumen. 
Tanpa zat pewarna, makanan dan minuman menjadi kurang menarik. Bagi anak-anak, hal tersebut dapat mengurangi minat mereka terhadap suatu makanan. Karena itulah zat pewarna dibutuhkan agar makanan dan minuman memiliki warna yang mengundang selera. Namun, sebaiknya berhati-hati dalam penggunaan bahan pewarna yang tidak alami. 

Cara Mengolah

Pewarna makanan alami, biasanya digunakan langsung sebagai campuran dan jarang disimpan. Misalnya, untuk membuat warna hijau, biasanya daun suji dan pandan langsung diblender dan disaring untuk kemudian dicampurkan pada makanan yang hendak dibuat. Takarannya biasanya langsung disesuaikan dengan kebutuhan. 
Sedangkan untuk pewarna makanan buatan, umumnya lebih awet dan dapat disimpan lebih lama di dalam lemari pendingin. Namun, sebaiknya jika sudah lebih dari 6 bulan sejak dibuka kemasannya, pewarna jangan digunakan lagi. 
Pewarna organik pertama yang dibuat oleh manusia adalah mauveine. Pewarna sintetik ini ditemukan oleh William Henry Perkin pada tahun 1856. Sejak itu, berbagai jenis pewarna sintetik berhasil disintesis.
Pewarna sintetik secara cepat menggantikan peran dari pewarna alami sebagai bahan pewarna. Hal ini disebabkan karena biaya produksinya yang lebih murah, jenis warna yang lebih banyak, dan kemampuan pewarnaan yang lebih baik. Pewarna sintetik diklasifikasikan berdasarkan cara penggunaan di proses pewarnaan. Secara umum, pewarna sintetik digolongkan sebagai pewarna asam, pewarna basa, pewarna direct, pewarna mordant, pewarna vat, pewarna reaktif, pewarna disperse, pewarna azo, dan pewarna sulfur.

Pusat Ilmu Pengetahuan untuk Kepentingan Umum atau The Center for Science in the Public Interest atau CSPI di Amerika Serikat, menyatakan, “Kami menganjurkan Anda untuk menghindari pewarna karamel serta pewarna makanan sintetis lainnya seperti Red 40, Yellow 5 dan 6, serta Blue-1.” Apa alasannya? Berikut paparannya.

1. Red 40

Di rumah, es krim strawberry sundae mungkin dibuat dengan buah yang nyata, tetapi restoran cepat saji (setidaknya di Amerika) menggunakan kombinasi Red 40, sirup jagung dan beberapa buah asli yang telah diproses.
Red 40 berisi benzidene, yang disinyalir bersifat karsinogen. Beberapa obat anak-anak berbentuk sirup juga mengandung pewarna ini. Red 40 ini bisa bersembunyi di mana saja termasuk corn flake, minuman ringan, dan permen. Takaran yang aman menurut FDA: tujuh miligram per kilogram berat badan.

2. Blue 1

Pernahkah Anda memerhatikan warna biru samar pada kaki Anda setelah mengenakan jins baru? Nampaknya, tak ada yang berbahaya dengan hal ini, tapi ada kemungkinan zat pewarna ini meresap melalui organ terbesar Anda yaitu kulit. 
Berbeda dengan pewarna makanan lainnya, Blue 1 dapat melintasi penghalang darah otak. Blue 1 dapat menyebabkan kerusakan sel-sel saraf dan kanker, kerusakan kromosom, reaksi alergi dan perubahan perilaku.
Beberapa jenis dan merk permen, makanan penutup dan produk kebersihan gigi diketahui mengandung Blue 1 sekalipun warnanya tidak biru. Takaran yang aman menurut FDA: 12 miligram per kilogram berat badan.

3. Yellow 5

Menurut Feingold Association, pewarna Yellow 5 mungkin dapat menurunkan jumlah sperma Anda. Pewarna ini juga biasa digunakan dalam obat-obatan, vitamin dan antasida. Yellow 5 yang juga dikenal sebagai tartazine yang juga dapat menyebabkan efek kesehatan yang parah, termasuk reaksi alergi dan merusak sistem informasi sel. Pada anak-anak, zat pewarna ini diketahui dapat menurunkan kadar seng, dan menyebabkan masalah konsentrasi. Takaran yang aman menurut FDA: 5 miligram per kilogram berat badan.

4. Yellow 6

Yellow 6 dicurigai dapat menyebabkan tumor testis dan adrenal, reaksi alergi dan asma yang memburuk, hiperaktif dan juga gelisah. Di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa ada anak-anak yang telah didiagnosis dengan ADHD diduga karena konsumsi berlebihan pewarna ini. Takaran aman menurut FDA: 3,75 miligram per kilogram berat badan.

5.Pewarna karamel

Karamel terdengar lezat, tapi pewarna makanan dengan jenis warna “karamel” yang sering ditemukan di dalam produk permen dan cola malah bisa berbahaya. Pewarna karamel, ketika diproduksi dengan amonia, mengandung kontaminan penyebab kanker, yakni methylimidazole 2 dan 4. Ada beberapa jenis pewarna karamel, namun batas maksimal yang diperbolehkan FDA adalah 200 miligram per kilogram berat badan. 
Untuk lebih jelasnya lihat video berikut:




Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Teleskop

PENGERTIAN TELESKOP Teleskop adalah sebuah alat bantu penglihatan (optik) untuk mengamati benda-benda yang jauh terutama benda yang berad...